Apabila kita melihat tanaman pohon jati yang masih muda mukin sepintas bagi kita yang tidak mengetahui lebih detail tentang jenis pohon jati ini akan terlihat sama saja antara satu dengan yang lainnya. Begitu juga dengan saya sendiri, pertama kali memasuki perkebunan pohon jati ketika saya harus mensurvey luas area tanaman tersebut untuk keperluan pemetaan perkebunan, tanaman pohon jati antara area satu dengan yang lainnya tampak seragam seperti tidak ada bedanya.
Namun setelah berdialog dengan para pemilik kebun ternyata bibit yang ditanam itu berbeda-beda, walaupun kalau kita lihat penampilan pohon jati yang masih muda terlihat sama saja (menurut saya yang masih awam tentang pohon jati).
Nah, bagi Anda yang mau memulai membuka perkebunan pohon jati ini, alangkah baiknya kalu Anda memahami dan mengetahui jenis bibit yang baik atau unggul, karena apabila kita menanam bibit yang memiliki kualitas tinggi atau unggul akan berdampak besar pada hasil panen nanti, yaa, karena hasil dari bibit jati unggul ini memiliki kualitas yang baik dan harga akan semakin tinggi dibanding dengan jati biasa.
Dari beberapa jenis nama jati unggul yang beredar dan banyak ditanam oleh pengebun jati di Indonesia, ada beberapa jenis jati unggul yang informasinya sudah tersebar luas di masyarakat, yakni jati unggul, jati super, jati emas, dan jati biotropika.
Jati Unggul
Jati unggul merupakan hasil kloning dari induk berupa pohon jati plus atau jati elit. Pohon jati plus atau elit ini adalah tegakan-tegakan jati yang memiliki keunggulan-keunggulan, seperti pertumbuhan yang cepat, batang bebas yang relative tinggi, dan tingkat kelurusan batang yang lebih baik dibandingkan dengan pohon jati yang tumbuh disekitarnya. Pohon-pohon jati plus atau elit yang digunakan sebagai bibit yang dikloning untuk menghasilkan jati unggul ini merupakan hasil seleksi Perum Perhutani sejak tahun 1982, di Cepu, Jawa Timur.
Dalam sejarahnya, jati plus atau elit yang menjadi cikal bakal jati unggul berasal dari 300 pohon plus yang diseleksi sebagai upaya peningkatan mutu genetic oleh Perum Perhutani yang kemudian ditanam sebagai bank klon dan benih klonal. Hasilnya kemudian dijadikan sebagai sumber bibit melalui pembiakan vegetative mikro (kultur jaringan) atau tissue culture.
Jati Super
Jati super merupakan jati hasil kultur jaringan yang berasal dari kebun jati di Malaysia. Meskipun demikian, menurut Siahaan (2001) asal klon jati super adalah dari Thailand. Biji-biji dari ratusan pohon jati yang didatangkan dari berbagai Negara, seperti Thailand, Indonesia, India, afrika ditanam dilokasi seluas 440 ha. Dari 440 ha jati ini kemudian ditemukan 33 pohon yang pertumbuhannya luar biasa cepat jika dibandingkan dengan pohon lainnya.
Dalam jangka waktu 15 tahun, 33 pohon jati tersebut garis tengahnya sudah mencapai 35-40 cm, tinggi 20 meter, dab percabangannya diatas 6 meter. Dengan demikian, 33 pohon ini dijadikan sebagai pohon jati induk untuk menghasilkan bibit jati unggul melalui tekhnik cloning dengan nama jati super. Menurut Anton (2000), keunggulan jati super dibandingkan dengan jati biasa dari jenis jati Jawa yang berasal dari biji sebagai berikut.
1. Pertumbuhan tanaman lebih seragam (99%) sedangakan jati asal bibit dari biji hanya 20%.
2. Kesehatan bibit terjamin
3. Tingkat pertumbuhan per tahun lebih cepat
4. Bentuk batang lebih lurus dan percabangan sedikit.
5. Biaya perawatan lebih rendah dan perawatan lebih sederhana.
6. Bibit bebas dari kontaminasi HPT(hama dan penyakit tanaman)
7. Suplai bibit terjamin secara kontinu
Jati Emas
Jati emas merupakan bibit unggul hasil teknologi kultur jaringan dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar. Jati emas ini sudah sejak tahun 1980 di tanam secara luas di Myanmar dan Thailand. Sementara itu, penanaman jati emas di Malaysia secara meluas dilakukan pada tahun 1990 dan di Indonesia dimulai pada tahun 1996 dengan penanaman jati emas hingga 1 juta pohon didaerah indramayu, Jawa Barat. Untuk perbandingan, tanaman jati emas berumur 5-7 tahun sudah mempunyai batang denagn diameter 27 cm dan tinggi pohon sekitar 16 meter. Pada umur yang sama, jati bias (konvensional), diameter batangnya baru sekitar 3,5 cm dan tinggi pohonnya sekitar 4 m. dalam tabel berikut ini ditampilkan perkiraan hasil panen kayu jati emas.
Jati Biotropika
Jati biotropika merupakan jati hasil produksi bersama antara Seameo Biotrop dan PT PPA Agricola. Eksplan jati biotropika untuk pertama kalinya berasal dari tunas mikro steril dari jati unggul (genjah/fast growing) milik Seameo Biotrop yang diberi merek dagang jati emas. Jadi, jati emas dan jati biotropika sebenarnya berasal dari satu klon yang sama, yang membedakkan merek dagangnya saja. Munculnya jati biotropika lebih disebabkan permintaan pasar yang begitu besar terhadap bibit jati luhur kultur jaringan, sehingga ceruk pasar yang ada tersebut dimanfaatkan oleh produsen jati biotropika.
Pertambahan diameter jati biotropika minimum 2 cm per tahun,, sehingga sudah dapat dipenen saat berumur 15-20 tahun. Jati biotropika bisa digunakan untuk pigura, kusen pintu dan jendela, dan furniture yang berukuran kecil. Berikut ini perbandingan laju pertumbuhan jati biotropika dengan jati konvensional.
Pertambahan diameter jati biotropika minimum 2 cm per tahun,, sehingga sudah dapat dipenen saat berumur 15-20 tahun. Jati biotropika bisa digunakan untuk pigura, kusen pintu dan jendela, dan furniture yang berukuran kecil. Berikut ini perbandingan laju pertumbuhan jati biotropika dengan jati konvensional.
Untuk lebih jelas perkiraan hasil panen dari pohon jati unggul, jati emas, jati super, dan jati biotropika ini Anda bisa membaca lebih lanjut pada sumber buku di bawah ini.
Sumber Buku : MENGEBUNKAN JATI UNGGUL Pilihan Investasi Prospektif, Penerbit: Agro Media Pustaka
Sumber Gambar : http://www.dinomarket.com/
Kalau artikel ini bermanfaat bagi Anda, tolong share keteman anda melalui Facebook, google plus, atau twitter dengan cara mengklik tombolnya di bagian bawah halaman ini. Terima kasih atas partisipasinya.
|
Pecinta Tanaman
Follow @cara_budidaya |
|